QS. Al Furqon (25) : 63
وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًا
وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَٰمًا
Artinya: Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang
mengandung) keselamatan.
Tafsir Ibnu Katsir :
Berikut ini adalah sifat- sifat hamba- hamba Allah Yang
beriman, yaitu:
الَّذِيْنَ يَمْشُوْنَ عَلَى الْاَرْضِ هَوْنًا
orang- orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati.
(Al- Furqan, [25:63])
Yaitu dengan langkah yang tenang dan anggun, tidak sombong, dan
tidak angkuh. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman- Nya:
وَلَا تَمْشِ فِى الْاَرْضِ مَرَحًا
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan
sombong. (Al- Isra, [17:37]), hingga akhir ayat.
Cara jalan mereka tidak sombong, tidak
angkuh, tidak jahat, dan tidak takabur. Tetapi makna yang
dimaksud bukanlah orang- orang mukmin itu berjalan dengan
langkah seperti orang sakit, karena dibuat- buat dan pamer.
Karena sesungguhnya penghulu anak Adam (yakni Nabiﷺ)
apabila berjalan seakan- akan sedang turun dari tempat yang
tinggi yakni dengan langkah yang tepat) seakan- akan bumi melipatkan
diri untuknya.
Sebagian ulama salaf memakruhkan berjalan dengan langkah
yang lemah dan dibuat- buat, sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa ia
melihat seorang pemuda berjalan pelan- pelan. Maka ia bertanya, “Mengapa
kamu berjalan pelan? Apakah kamu sedang sakit?” Pemuda itu
menjawab, “Tidak, wahai Amirul Mu- minin.” Maka Umar memukulnya dengan cambuk
dan memerintahkan kepadanya agar berjalan dengan langkah yang kuat.
Makna yang dimaksud dengan haunan
dalam ayat ini ialah rendah hati dan anggun, seperti
yang disebutkan dalam sabda
Rasulullahﷺ:
اِذَا اَتَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَلَا تَأْتُوْهَا وَاَنْتُمْ
تَسْعَوْنَ وَأْتُوْهَا وَعَلَيْكُمُ السِّكِيْنَةُ فَمَا اَدْرَكْتُمْ فَصَلَّوْا
وَمَا فَاتَكُمْ فَاَتِمُّوْا
“Apabila kalian mendatangi (tempat)
salat (masjid), janganlah kalian mendatanginya dengan berlari
kecil, tetapi berjalanlah dengan langkah yang tenang. Apa yang
kalian jumpai dari salat itu, kerjakanlah; dan apa yang kamu
tertinggal darinya, maka sempurnakanlah.”
Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ma¦mar, dari
Umar ibnul Mukhtar, dari Al- Hasan Al- Basri sehubungan
dengan makna finnan- Nya: Dan hamba- hamba Tuhan Yang Maha
Pemurah. (Al- Furqan, [25:63]), hingga akhir ayat. Bahwa
orang- orang mukmin adalah orang- orang yang rendah hati demi
Allah, pendengaran dan penglihatan serta semua
anggota tubuh mereka menampilkan sikap yang rendah hati; sehingga orang yang
jahil menduga mereka sebagai orang yang sakit,
padahal mereka sama sekali tidak sakit. Sesungguhnya mereka adalah
orang- orang yang sehat, tetapi hati mereka dipenuhi oleh rasa
takut kepada Allah, tidak seperti selain mereka; dan mereka tidak
menyukai dunia karena pengetahuan mereka tentang
akhirat. Maka mereka mengatakan dalam doanya, ¤Segala puji bagi
Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami.‡ Ingatlah, demi Allah,
kesusahan mereka tidaklah seperti kesusahan manusia.
Tiada sesuatu pun yang menjadi dambaan mereka selain
dari memohon surga. Sesungguhnya mereka menangis karena takut
terhadap neraka. Sesungguhnya barang siapa yang
tidak berbelasungkawa dengan belasungkawa Allah, maka jiwanya
akan dicabut meninggalkan dunia dalam keadaan kecewa. Dan barang siapa yang
tidak melihat nikmat Allah selain hanya pada makanan atau
minuman, maka sesungguhnya amalnya akan sedikit dan azabnya akan datang
menimpanya.
*******
Firman Allahﷻ:
وَاِذَا خَاطَبَهُمُ الْجٰهِلُوْنَ قَالُوْا سَلٰمًا
dan apabila orang- orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang baik. (Al- Furqan, [25:63])
Yaitu apabila orang- orang jahil menilai mereka sebagai
orang- orang yang kurang akalnya yang diungkapkannya kepada mereka
dengan kata- kata yang buruk, maka mereka
tidak membalasnya dengan hal yang semisal,
melainkan memaafkan, dan tidaklah mereka mengatakan perkataan
kecuali yang baik- baik. Seperti yang dilakukan oleh
Rasulullahﷺ; semakin orang jahil bersikap keras,
maka semakin pemaaf dan penyantun pula sikap beliau.
Dan seperti yang disebutkan oleh firman Allahﷻ dalam ayat yang lain:
وَاِذَا سَمِعُوا اللَّغْوَ اَعْرَضُوْا عَنْهُ
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat,
mereka berpaling darinya. (Al- Qasas, [28:55])
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad
ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al- A¦masy, dari
Abu Khalid Al- Walibi, dari An- Nu¦man ibnu Muqarrin
Al- Muzani yang mengatakan bahwa pada
suatu hari ada seorang lelaki mencaci maki
lelaki lainnya di hadapan Rasulullahﷺ, lalu orang yang dicaci
mengatakan, ¤¦Alaikas salam (semoga engkau selamat).‡ Maka Rasulullahﷺ
bersabda:
اَمَا اِنَّ مَلِكًا بَيْنَكُمَا يَذُبُّ عَنْكَ كُلَّمَا
شَتَمَكَ هٰذَا قَالَ لَهٗ بَلْ اَنْتَ وَاَنْتَ اَحَقُّ بِهٖ. وَاِذَا قَالَ لَهٗ
عَلَيْكَ السَّلَامُ قَالَ لَا بَلْ عَلَيْكَ وَاَنْتَ اَحَقُّ بِهٖ
Ingatlah, sesungguhnya ada malaikat di antara kamu berdua
yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu,
malaikat itu berkata, ¤Bahkan kamulah yang berhak,
kamulah yang berhak dicaci. Dan apabila kamu katakan
kepadanya, "¦Alaikas salam," maka malaikat itu berkata, "Tidak, dia
tidak berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak mendapatkannya."
Sanad hadis berpredikat hasan, tetapi mereka tidak
mengetengahkannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman- Nya:
mereka mengucapkan kata- kata yang baik. (Al- Furqan, [25:63])
Mereka mengucapkan kata- kata yang mengandung petunjuk.
Sa'id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan
kata-kata yang baik.
Al- Hasan Al- Basri mengatakan, mereka mengatakan, ”Salāmun
alaikum (semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian).
Jika mereka dinilai sebagai orang yang
kurang akalnya, maka mereka bersabar. Mereka tetap bergaul dengan
hamba- hamba Allah di siang harinya dan bersabar terhadap apa
pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam
harinya mereka melakukan ibadah.
Sumber : Aplikasi Al Qur’an Night v6.0.1