Kamis, 30 Mei 2024

Kisah Hikmah Islami - EMPAT MALAIKAT KETIKA SAKIT


Ketika Allah SWT telah menetapkan seorang hamba-Nya yang beriman, baik itu laki-laki atau perempuan, akan mengalami sakit, maka Dia akan mengirimkan empat malaikat kepada orang itu. Malaikat pertama diperintahkan untuk mengambil kekuatannya, maka orang itu menjadi lemah tidak seperti biasanya. Malaikat kedua diperintahkan untuk mengambil selera makannya dari mulutnya, maka ia jadi enggan makan walau terkadang merasa lapar. Malaikat ketiga diperintahkan untuk mengambil kecerahan wajahnya, maka orang-orang di sekitarnya akan melihat bahwa ia sangat pucat. Dan malaikat keempat diperintahkan untuk mengambil dosa-dosanya, maka ia terbebas dari dosa, kecuali dosa yang berhubungan dengan hak-hak manusia.

Ketika Allah SWT menghendaki hamba beriman itu sehat kembali, maka Allah memerintahkan malaikat pertama untuk mengembalikan kekuatannya, dan ia akan berangsur kuat kembali. Malaikat kedua diperintahkan untuk mengembalikan selera makannya, maka ia akan senang makan dan itu membantu memulihkan kesehatannya. Malaikat ketiga diperintahkan untuk mengembalikan kecerahan wajahnya, maka kepucatan wajahnya berangsur menghilang dan kembali cerah seperti sediakala.

Tiga malaikat itu telah selesai melaksanakan tugasnya dan tidak lagi “membawa” beban apapun, tinggal malaikat keempat yang menunggu perintah Allah turun kepadanya sehingga ia tidak harus “membawa” seperti ketiga malaikat temannya itu. Tetapi perintah itu tidak datang-datang juga, karena itu ia memberanikan diri bertanya kepada Allah, “Wahai Allah, kami berempat adalah hamba-hamba-Mu yang patuh kepada perintah-Mu. Mereka bertiga telah Engkau perintahkan untuk mengembalikan apa yang mereka ambil, mengapa tidak engkau perintahkan aku untuk mengembalikan apa yang aku ambil dari hamba-Mu itu?”

Allah SWT berfirman, “Kemuliaan yang Aku miliki tak pantas membuat-Ku menyuruhmu untuk mengembalikan dosa-dosanya, setelah aku membuatnya kepayahan karena sakit yang dialaminya!!”

Malaikat keempat berkata, “Lalu apa yang harus aku lakukan dengan dosa-dosanya ini, Ya Allah??”

Allah berfirman, “Pergilah engkau ke laut dan buanglah dosa-dosanya di sana!!”

Malaikat keempat segera turun ke laut dan membuangnya di sana, dan ia terbebas dari beban sebagaimana ketiga malaikat temannya. Kemudian dari dosa-dosa yang dibuang tersebut Allah menciptakan buaya laut, Wallahu A’lam.

Kalau dalam sakitnya itu sang hamba mukmin meninggal, maka ia akan pergi menuju akhirat dalam keadaan suci, tanpa membawa dosa-dosanya. Tentulah dikecualikan dosa-dosa yang berhubungan dengan hak-hak anak Adam lainnya. Hal ini mungkin salah satu penjabaran dari sabda Nabi SAW, “Sakit panas sehari semalam adalah pelebur dosa setahun!!”

Dalam riwayat lainnya Nabi SAW menjelaskan, bahwa ketika seorang hamba mukmin sakit dan ia tidak bisa mengerjakan amalan-amalan istiqomah yang biasa dilakukan waktu sehat, maka Allah SWT memerintahkan malaikat mencatat pahala dari amal-amal kebaikan tersebut untuknya, walau ia tidak bisa mengerjakannya karena sakit yang dideritanya itu.

Tentulah semua itu bisa terjadi jika sang hamba mukmin tersebut sabar dan ridho dengan kehendak Allah kepadanya. Bukan justru “mengadukan/memprotes” Allah (yang menghendakinya sakit) kepada pengunjung-pengunjung yang menjenguknya.

Dalam keadaan sakit tersebut, seharusnyalah seorang hamba melakukan ikhtiar untuk berobat atau ke dokter, tetapi tidak boleh meyakini bahwa obat atau dokter tersebut yang menyembuhkan penyakitnya. Kalau keyakinan seperti itu tertanam, bisa-bisa ia terjatuh pada kesyirikan yang samar (syiri’ khofi), karena sesungguhnyalah hanya Allah yang berkehendak menyembuhkan, sebagaimana hanya Dia pula yang menghendakinya menjadi sakit.

Maka ikhtiar itu ada batasnya, setelah itu harus tawakal kepada Allah tentang hasilnya, yang mana tawakal tersebut tidak ada batasnya. Jangan sampai kita “terjebak” dengan pameo “berusaha/ikhtiar tanpa batas” dan tidak pernah sempat untuk tawakal. Apa jadinya kalau kita meninggal dalam keadaan ikhtiar, sementara kita belum pernah atau belum sempat tawakal kepada Allah?

Minggu, 19 Mei 2024

PANCI SUP KACA, BENING, DAN TRANPASARAN


Awalnya beli panci bening atau panci kaca ini karena tertarik dengan gayanya yang estetik yaitu bening, cantik dan lucu. Sebelum CO (Check Out), saya ajak-ajak teman untuk ikutan beli, biar murah di ongkos kirim sekalian mengajak teman untuk mencoba. Dan akhirnya CO 4 pcs sekalian sama teman-teman.

Setelah panci datang, belum juga dipakai berhari-hari (masih ragu, takutnya pecah kena panas api). Waktu mau angetin sayur sambel tumpang (sayurnya orang Sragen) barulah aku mencoba pakai panci bening ini, awalnya takut pecah atau meledak. Dan alhamdulillah aman, walaupun pegangnya masih pakai kain takutnya telinga panci ikutan panas. 

Eh ternyata punya teman belum dicoba, teman saya  tanya pegangan tutupnya sama telinga panci panas nggak kak waktu dipakai di api ???  Tuh kan aku juga belum coba, dan besoknya lagi waktu dipakai saya coba pegang bagian pegangan tutup panci dan telinga pancari ternyata nggak panas. 

Setelah itu baru cari infomasi bahannya apa sih, kok kaca kena panas api nggak meledak. Ternyata bahannya kaca Borosilikat (Borosilicate Glass) yaitu salah satu jenis kaca yang paling berkualitas di dunia. Disebut demikian, karena  mengandung unsur trioksida boron (B - 2 - 3) o 5 ~ 13% (m/m). Pada tahun 1997, dirilis oleh ISO 12775" produksi massal normal kaca komposisi klasifikasi dan metode pengujian yang ditetapkan dalam borosilicate glas (termasuk gelas netral) yang mengandung boron trioksida (B - 2-3 o) lebih besar dari 8% (m/m). Karena kekuatan dan ketahanannya, kaca jenis ini sering dijadikan sebagai bahan perkakas sehari hari seperti botol makanan dan minuman, panci dan lain sebagainya.

Kelebihan dari panci bening / transparan ini adalah :

  1. Bahan kaca transparan / bening sehingga Anda dapat dengan jelas melihat isi masakan yang sedang Anda rebus
  2. Tahan terhadap suhu panas api yang tinggi sehingga tidak dapat pecah akibat kepanasan
  3. Bentuk aestetik 
  4. Harga murah dan terjangkau (kisaran 40 ribu ke atas)
Dimensi Diameter: 16 cm Tinggi Panci : 11 cm Tinggi panci plus tutup : 15 cm Kapasitas: 1500 ml

Link referensi belanja panci sup bening :

Jumat, 10 Mei 2024

TIPS MENINGKATKAN KESABARAN

 


Seringkali dengan mudahnya kita kehilangan kontrol diri karena suatu hal. Akibatnya, alih-alih bisa sabar, justru emosi yang akan melupa. Karena itu, sudah saatnya kita mempertebal tingkat kesabaran kita, sehingga tidak mudah terpancing emosi kita. beberapa kiat untuk meningatkan kesabaran kita diantaranya adalah :

1. Mengikhlaskan niat kepada Allah Ta'ala, bahwa ia semata-mata berbuat hanya untuk-Nya. Dengan adanya niatan seperti itu, akan sangat menunjang munculnya kesabaran kepada Allah Ta'ala.

2. Memperbanyak tiwalah (baca; membaca) Al-Qur'an, baik pada pagi, siang, sore ataupun malam hari. Akan lebih optimal lagi manakala bacaan tersebut disertai perenungan dan pentadaburan makna-makna yang dikandungnya. Karena Al-Qur'an merupakan obat bagi hati insan. Masuk dalam kategori ini juga dizkir kepada Allah.

3.  Memperbanyak puasa sunnah. Karena puasa merupakan hal yang dapat mengurangi hawa nafsu terutama yang bersifat syahwati dengan lawan jenisnya. Puasa juga merupakan ibadah yang memang secara khusus dapat melatih kesabaran.

4.  Mujahadatun nafs, yaitu sebuah usaha yang dilakukan seseorang untuk berusaha secara giat dan maksimal guna mengalahkan keinginan-keinginan jiwa yang cenderung suka pada hal-hal negatif, seperti malas, marah, kikir dsb.

5.  Mengingat-ingat kembali tujuan hidup di dunia. Karena hal ini akan membacu manusia untuk beramal secara sempurna. Sedangkan ketidaksabaran (isti'jal), memiliki prosentase yang cukup besar untuk menjadikan amalan seseorang tidak optimal. Apalagi jika merenungkan bahwa sesungguhnya Allah akan melihat "amalan" seseorang yang dilakukannya, dan bukan melihat pada hasilnya. 

وَقُلِ اعْمَلُوا فَسَيَرَى اللَّهُ عَمَلَكُمْ وَرَسُولُهُ وَالْمُؤْمِنُونَ ۖ وَسَتُرَدُّونَ إِلَىٰ عَالِمِ الْغَيْبِ وَالشَّهَادَةِ فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ

 

Dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan.

 

6. Perlu mengadakan latihan-latihan untuk sabar secara pribadi. Seperti ketika sedang sendiri dalam rumah, hendaklah dilatih untuk beramal ibadah daripada menonton televisi misalnya. Kemudian melatih diri untuk menyisihkan sebagain rezeki untuk infaq fi sabilillah, dsb.

7.  Membaca kisah-kisah kesabaran para sahabat, tabi'in maupun tokoh-tokoh Islam lainnya, karena hal ini akan menanamkan keteladanan yang patut dicontoh dalam kehidupan nyata di dunia.

 

Buku “Indahnya Kehidupan Seorang Muslim” Hal 54 – 56, Abu Fatih, Lc.

 

Minggu, 05 Mei 2024

Cerita Islami - Menyantuni Tetangga dan Anak Yatim


Abdullah bin Mubarak, termasuk salah seorang ulama salaf (masa-masa setelah wafatnya Rasulullah SAW dan berakhirnya Khulafaur Rasyidin, yang masih mengikuti jalan dan teladan Rasulullah SAW dan para sahabat beliau), ketika selesai menjalankan ibadah haji, ia sempat tertidur di baitullah tidak jauh dari ka’bah. tiba-tiba ia melihat suatu pemandangan dimana dua malaikat turun dari langit menuju area thawaf. salah seorang dari mereka berkata, “berapa orang yang berhaji tahun ini?”


malaikat satunya berkata, “enamratus ribu orang!!”

“berapakah yang diterima hajinya?”

“tidak seorangpun!!”

“tidak seorangpun??” tanya malaikat yang pertama, seakan tidak percaya.

malaikat kedua berkata lagi, “tetapi seorang tukang sol sepatu/sandal di damaskus bernama muwafiq yang tidak jadi berhaji, justru diterima hajinya oleh allah. dan berkah dari diterimanya hajinya muwafiq ini, diterimalah semua ibadah haji pada tahun ini!!”

abdullah bin mubarak segera terbangun, dan terheran-heran dengan mimpi yang dialaminya. benarkah seperti itu keadaannya? tidak ada pilihan lain, kecuali membuktikan adanya seorang tukang sol sepatu/sepatu yang bernama muwafiq tersebut. dari makkatul mukarramah, ibnu mubarak tidak langsung pulang, tetapi memacu tunggangannya menuju damaskus di syam (syiria).

setibanya di sana, ia mencari tahu tentang muwafiq tersebut, dan ternyata tidak terlalu kesulitan. profesinya sebagai tukang sol sepatu/sandal selama puluhan tahun membuatnya ia banyak dikenal oleh orang-orang di damaskus. setelah ditunjukkan rumahnya dan bertemu dengan muwafiq, ibnul mubarak tidak melihat sesuatu yang istimewa pada dirinya, hanya seorang lelaki sederhana, bahkan cenderung miskin, tetapi tampak jelas ketulusan dan keikhlasan pada sinar wajahnya.

setelah dipersilahkan duduk dan memperkenal diri, ibnul mubarak berkata, “kebaikan apakah yang engkau kerjakan sehingga engkau memperoleh derajad yang tinggi di sisi allah?”

muwafiq tampak tidak mengerti dengan pertanyaannya tersebut, dan berkata, “ada apakah gerangan? tiba-tiba engkau menemuiku dan bertanya seperti itu?”

kemudian abdullah bin mubarak menceritakan kalau ia baru saja selesai berhaji dan mengalami mimpi seperti yang dialaminya tersebut, yang kemudian membawa langkahnya untuk menemuinya. mata muwafiq tampak berkaca-kaca penuh haru, dan ia hanya bisa mengucap hamdalah sebagai ungkapan rasa syukurnya. tanpa disadarinya, menitik air matanya karena begitu bahagianya.

setelah muwafiq mulai bisa menguasai emosinya kembali, ia bercerita kalau sejak lama ia sangat ingin berhaji. tetapi karena keadaannya miskin, ia harus menabung dan menyisihkan penghasilannya selama bertahun-tahun. tahun ini ia telah mengumpulkan tigaratus dirham, cukup untuk perjalanan hajinya dan bekal kehidupan keluarga yang ditinggalkannya.

suatu ketika, istrinya yang sedang hamil, mencium bau masakan dari rumah tetangganya. layaknya seorang hamil muda yang ngidam, ia sangat ingin merasakan masakan tetangganya tersebut. muwafiq telah membujuknya untuk membuatkan atau membelikan masakan yang sama, tetapi istrinya tetap menolak, kecuali masakan tetangganya itu. dengan berat hati muwafiq mendatangi rumah tetangganya tersebut, yang ternyata adalah seorang janda dan anak-anak yatimnya. begitu dibukakan pintu, muwafiq berkata, “wahai ibu, istriku sedang hamil, dan ia membaui masakan engkau dan ingin merasakannya. bolehkan aku meminta sedikit saja untuk memenuhi keinginannya?”

tampak kesedihan di mata wanita itu, bahkan hampir menangis, ia berkata, “wahai muwafiq, makanan itu halal bagiku tetapi haram bagi engkau!!”

“mengapa demikian?” tanya muwafiq terheran-heran.

kemudian wanita janda itu menceritakan kalau dia dan anak-anak yatimnya sedang kelaparan. telah tiga hari lamanya tidak ada makanan apapun yang masuk ke perut mereka kecuali air. pagi hari itu ia keluar, dan ketika berjalan berkeliling ia melihat seekor keledai yang telah mati. ia memotong sebagian daging bangkai keledai tersebut dan membawanya pulang, kemudian memasaknya. bau masakan itulah yang sempat masuk ke rumah muwafiq, dan membuat istrinya sangat menginginkannya.

mendengar ceritanya itu, muwafiq segera pulang dan mengambil simpanan tigaratus dirham yang telah dikumpulkannya selama bertahun-tahun, dan memberikannya kepada janda tersebut. ia berkata, “nafkahilah anak-anak yatimmu itu dengan uang ini!!”

setelah itu ia beranjak pulang, dan ia berkata di dalam hati, “sesungguhnya haji berada di pintu rumahku!!”

abdullah bin mubarak terkagum-kagum dengan cerita muwafiq tersebut dan berkata, “shadaqahmu kepada tetangga dan anak yatimnya itulah yang membuat hajimu diterima, dan memberkahi haji kami semua tahun ini, sehingga diterima juga di sisi allah!!”

Selasa, 16 April 2024

Kisah Hikmah Islami "Ketika Malaikat Membantu Manusia"

 


Suatu ketika Ali bin Abi Thalib baru saja pulang dan berkata kepada istrinya, Fathimah az Zahra, “Wahai wanita yang mulia, apakah kamu mempunyai makanan untuk suamimu ini??”

Fathimah berkata, “Demi Allah aku tidak mempunyai sesuatu (makanan apapun), tetapi ini ada enam dirham (uang perak), hasil kerjaku dan Salman (al Farisi) memintal bulu-bulu domba milik orang Yahudi. Rencananya akan kubelikan makanan untuk Hasan dan Husain!!”

Begitulah memang keadaan Fathimah az Zahra, putri kesayangan Rasulullah SAW itu dan keluarganya. Sebenarnya kalau saja mereka mau, mudah saja bagi mereka untuk mengumpulkan harta dan hidup bergelimang kemewahan dunia. Tetapi seperti halnya Rasulullah SAW, mereka memilih untuk zuhud dalam kehidupan dunia ini. Tidak jarang Fathimah dan Ali bekerja menimba air untuk menyiram kebun kurma milik orang-orang Yahudi, memintal bulu-bulu domba, memilah-milah kurma dan lain-lainnya. Inilah gambaran kehidupan seorang wanita, yang Nabi SAW pernah bersabda, “Penghulu kaum wanita di surga adalah Fathimah az Zahra!!”

Mendengar jawaban istrinya itu, Ali berkata, “Biar aku saja yang membeli makanan itu!!”

Maka Fathimah menyerahkan uang enam dirham itu kepada suaminya, yang segera saja pergi meninggalkan rumah. Tetapi dalam perjalanan untuk membeli makanan itu, Ali bertemu seorang lelaki yang berkata, “Siapakah orang yang mau meminjami Tuhan Yang Maha Pengasih, Dzat yang selalu menepati janji??”

Tanpa berfikir panjang, Ali menyerahkan uang enam dirham hasil kerja istrinya itu kepada lelaki itu. Ia bukannya tidak ingat kalau keluarganya sedang kelaparan, terutama kedua anaknya yang masih kecil, tetapi demikianlah memang didikan dan contoh yang diberikan Rasulullah SAW. Bagi umumnya orang mungkin tidak mengapa jika ‘mengurangi kadar’ atau kualitas dari yang dicontohkan Nabi SAW, sebatas kemampuan masing-masing, tetapi tidak bagi Ali. Sejak balita ia diasuh Nabi SAW, bahkan kemudian dinikahkan dengan putri kesayangan beliau, kalau ia ‘bergeser’ terlalu jauh dari didikan Nabi SAW, tentulah telah menjadi kesalahan besar baginya.

Setelah itu Ali segera kembali ke rumah, dan Fathimah menyambutnya dengan menangis ketika melihatnya tidak membawa apa-apa. Ali berkata, “Wahai wanita mulia, mengapa engkau menangis??”

Fathimah berkata, “Wahai Ali, engkau pulang tanpa membawa sesuatu??”

Ali berkata, “Wahai wanita mulia, aku meminjamkan uang itu kepada Allah!!”

Tanpa penjelasan lebih banyak, maklumlah Fathimah apa yang terjadi, maka ia berkata, “Sungguh, aku mendukung sikapmu itu!!”

Tidak tahu lagi apa yang harus dilakukannya, Ali segera keluar rumah dengan maksud menemui Nabi SAW. Tetapi di tengah perjalanan ia bertemu seorang badui yang sedang menuntun seekor unta. Si Badui yang tidak dikenalnya itu berkata, “Wahai Abul Hasan, belilah unta ini!!”

Ali berkata, “Aku tidak mempunyai uang!!”

Si Badui itu berkata lagi, “Belilah dengan tempo (pembayaran di belakang)!!”

Ali berkata, ‘Berapa??”

“Seratus dirham!!” Kata si Badui itu.

“Baiklah,“ Kata Ali, “Kubeli seharga seratus dirham dengan tempo!!”

Si Badui menyerahkan unta tersebut kepadanya dan berlalu pergi. Ali tidak tahu apa yang harus dilakukannya dengan unta itu, tetapi ia menuntunnya begitu saja. Tetapi belum jauh berjalan tiba-tiba muncul seorang badui lain menghampirinya, dan berkata, “Wahai Abul Hasan, apakah engkau ingin menjual unta ini?”

Tanpa berfikir panjang, Ali berkata, “Ya!!”

“Berapa??”

“Tigaratus dirham!!” Kata Ali.

“Baiklah, kubeli seharga tigaratus dirham!!”

Kemudian si Badui yang juga tidak dikenalinya itu membayar kontan tigaratus dirham, dan membawa pergi unta tersebut. Ali sangat gembira, segera ia membeli beberapa bahan makanan untuk keluarganya kemudian pulang. Kali ini Fathimah menyambutnya dengan tersenyun, dan berkata, “Wahai Abul Hasan, apa yang terjadi kali ini??”

Dengan gembira Ali berkata, “Wahai putri Rasulullah, kubeli unta seharga seratus dirham dengan tempo, dan kujual lagi dengan kontan seharga tigaratus dirham!!”

Fathimah berkata, “Aku mendukung sikapmu itu!!”

Beberapa lama kemudian, Ali pergi menemui Nabi SAW sesuai dengan niat sebelumnya. Begitu ia masuk masjid, Nabi SAW tersenyum kepadanya dan bersabda, “Wahai Abul Hasan, engkau yang bercerita, atau aku saja yang bercerita??”

Tanpa tahu maksudnya, Ali berkata, “Wahai Rasulullah, engkau saja yang bercerita!!”

Nabi SAW bersabda, “Berbahagialah engkau, Abul Hasan, engkau telah meminjamkan enam dirham kepada Allah, maka Allah memberimu tigaratus dirham. Setiap dirhamnya dibalas dengan limapuluh kali lipatnya. Orang Badui yang pertama menjumpaimu adalah Malaikat Jibril, sedang yang kedua adalah Malaikat Mikail!!”

Malaikat-malaikat yang membantu manusia, tentunya atas seijin dan perintah Allah SWT, mungkin tidak hanya terjadi pada Rasulullah SAW dan para sahabat beliau seperti kisah di atas, atau juga pada Perang Badar, Hunain dan beberapa peristiwa lainnya. Bisa saja itu terjadi di antara kehidupan kita sehari-hari, bisa dalam bentuk seseorang yang tidak dikenali, yang memberikan bantuan seperti peristiwa yang dialami oleh Ali bin Abi Thalib. Atau mungkin seseorang yang dikenali memberikan bantuan, tetapi sebenarnya yang bersangkutan tidak melakukannya. Hanya saja Allah memerintahkan malaikat untuk menyerupakan diri dengan orang tersebut untuk memuliakannya, seperti yang terjadi pada seorang tabi’in bernama Abdullah bin Mubarak. Wallahu A’lam.

Kisah Hikmah Islami - EMPAT MALAIKAT KETIKA SAKIT

Ketika Allah SWT telah menetapkan seorang hamba-Nya yang beriman, baik itu laki-laki atau perempuan, akan mengalami sakit, maka Dia akan men...